Tak terasa waktu 10 tahun berlalu dengan singkat. Malam yang sunyi sepi di tepi pantai laut selatan yang saat itu begitu hening dan tenang. Terlihat setitik cahaya api dari kejauhan di salah satu sudut kawasan pantai dari sebuah pulau yang hampir-hampir tidak pernah didatangi oleh manusia karena memang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena terdapat suatu lapisan pelindung dari kekuatan gaib yang sangat tinggi yang melapisi keberadaan pulau itu.
"Suatu kejadian baik, buruk, kebahagiaan, kesengsaraan, keberuntungan, kesialan, dan lain sebagainya adalah merupakan hal yang selalu dan harus diterima oleh setiap makhluk yang hidup di dunia fana ini yang merupakan perjalanan panjang dari sisi hidup dan kehidupan. Hal yang indah bisa menjadi malapetaka yang pada akhirnya dapat membuat seorang insan menemukan jati diri dan alur kehidupannya. Ilmu, harta, kuasa dan wanita hanyalah sebagai nikmat yang dianugerahkan dari yang Maha Kuasa kepada manusia yang bisa mendatangkan berbagai cobaan kepada manusia itu sendiri. Itu adalah 4 hal wajib yang harus diingat olehmu," terdengar panjang lebar penuh makna suara berat nan berwibawa dari makhluk berjubah merah kepada seorang pemuda berambut gondrong berpakai warna derah muda dan berikat kepala yang serasi dengan warna pakaian yang dikenakannya, berusia 20 tahunan berwajah sangat tampan tetapi asing, bertubuh tegap dan kekar sebagai tanda hasil tempaan keras dengan tinggi 180 cm dan kulit bule agak kecoklatan terkena sinar matahari pantai namun menambah keperkasaan dan kejantanannya. (tentang asal-usul pemuda ini baca " Petaka Laut Selatan")
"Dengar suara hati kecil, menimbang dengan fikiran yang jernih dan bertindak sesuai keadaan adalah 3 cara untuk untuk menjaga diri dan keselamatan manusia dan jangan sekali-kali kau bertindak berdasarkan nafsu amarah atau dendam yang akan membakar dirimu sendiri. Menegakkan kebenaran dan keadilan adalah 2 tugas yang paling utama bagimu dalam mengamalkan ilmu yang telah kau dapat untuk kemashlatan umat banyak. Untuk selalu kau ingat dan kau jaga berbagai hal utama yang telah kusebutkan maka akan kutanam guratan 234 di atas kemaluanmu yang khasiatnya akan dirasakan sendiri olehmu sebagai pegangan hidupmu dalam mengarungi dunia luas yang penuh kekacauan dan kemunafikan dan mulai saat ini aku memberimu nama Joe Edan dengan gelar Pendekar Pasak Bumi 234. Untuk melengkapi ilmu yang telah kau dapat, dapatkanlah senjata maha sakti Tongkat Pasak Bumi yang konon bahannya terbuat dari logam yang jatuh dari langit berjuta-juta tahun yang lalu dan menimbulkan kejadian dan perubahan di muka bumi. Senjata itu tersimpan di sebuah Kerajaan Gaib Laut Selatan yang dipimpin oleh seorang Ratu yang dikenal dengan Ratu Laut Selatan yang bernama Nyi Roro Kidul".
"Dimanakah letak kerajaan itu Guru?"
"Kerajaan itu terletak di dasar laut selatan yang paling dalam juga kerajaan kasat mata sama halnya dengan pulau ini dan hanya manusia yang dikehendaki atau memiliki kunci untuk membuka jalan ke kerajaan tersebut"
"Jadi, bagaimana saya dapat mencapainya Guru, kalau memang keberadaannya seperti itu," dengan heran
"Ambillah seruling gading ini untuk membuka pintu laut selatan yang dijaga makhluk Jin yang sangat hebat ilmunya dan serahkan surat ini dan kalahkan ia sebagai syarat mutlak yang harus kau lakukan"
"Satu hal lagi yang harus kau ingat, senjata itu terlihat hanya salah satu ujungnya saja sedang ujung yang satu lagi tertanam hingga belahan dunia bagian utara"
"Hahh, lalu bagaimana saya bisa mencabutnya Guru?" tanya Joe terbengong-bengong dengan tampang bloon.
"Bila senjata itu memang berjodoh denganmu maka tidak akan sulit untuk mencabutnya namun kau harus memikirkan sendiri caranya"
"Hmm, murid akan berusaha melaksanakan dan menjalani semua amanat Guru, namun satu hal lagi yang akan kutanyakan pada Guru?"
"Apa itu muridku"
"Siapakah Guru ini sebenarnya?"
"He.. He.. He... pada saatnya tiba kaupun akan tahu siapa aku"
"Baik Guru, muridmu mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala ilmu dan bimbinganmu selama ini, selamat tinggal dan jaga dirmu baik-baik!".
Joe menjura dan mencium tangan dengan penuh hormat kepada Gurunya dan dalam hitungan kedipan mata ia menghilang dari hadapan gurunya!
"Selamat jalan muridku, jaga juga dirimu baik-baik, aku berharap keberadaanmu dapat menjaga kedamaian di dunia persilatan," setelah berkata seperti itu lalu iapun menghilang dari pandangan dan tempat itu kembali diselimuti sepi yang mencekam.
Laut selatan yang semula tenang, tiba-tiba bergelombang dahsyat dan angin berderu kencang saat di tengah laut terlihat sebuah rakit dengan seorang pemuda di atasnya tengah bermain suling dengan irama yang sangat merdu mendayu-dayu yang ternyata adalah seorang pendekar muda yang telah diketahui kita bernama Joe Edan yangsedang melaksanakan perintah gurunya untuk menemukan Kerajaan laut selatan. Hembusan angin dan riak gelombang semakin menggila seiring dengan kerasnya lengkingan seruling yang ditiup Joe.
Blaar..!! tiba-tiba terdengar suara ledakan yang sangat keras pertanda terbukanya selimut gaib yang menyelimuti perairan laut selatan di kawasan itu. Anehnya setelah ledakan terjadi, alam menjadi tenang kembali bahkan terasa sangat sunyi bahkan tanpa riak air sedikitpun!
"Wahai manusia, lancang sekali kau membuka dan memasuki kawasan Kerajaan Laut Selatan, apa kau sudah bosan hidup?"
Terdengar suara tanpa wujud yang sangat menusuk telinga dan bahkan dapat membunuh manusia yang tidak memiliki kepandaian cukup tinggi.
"Hai, makhluk apapun kau adanya bicara yang sopan pakai peradatan dengan memperlihatkan dirimu, ngancam segala lagi, apa kau malu karena kau sangat jelek, he.. He.. He..!" balas Joe dengan gaya konyol, tanpa gentar sedikitpun.
"Manusia kurang ajar!" beraninya kau berlaku tolol di daerah kekuasaanku"
Wuuzz, tiba-tiba gulungan sinar biru menyambar ke arah Joe. Tak berlaku ayal, Joe merapal jurus pertahanan sekaligus menyerang balik, tapak kiri terlebih dulu mengeluarkan sinar putih dan tapak kiri menyusul mengeluarkan sinar merah muda. Daarr... sinar putih melabrak langsung sinar biru dan sinar merah muda terus menyambar ke arah sinar putih berasal. Joe, terjajar dua langkah kebelakang, tak urung pergelangan kirinya terasa pegal dan kesemutan.
"Akkhh..." terdengar jerit tertahan saat sinar merah muda sampai ke tempat serangan sinar biru itu berasal.
"Menerima bala, mencuri hati! apa hubunganmu dengan pemilik jurus itu!" kejut suara tanpa wujud mengenali jurus yang dikeluarkan oleh Joe.
Melihat lawan mengenali jurusnya, tak urung membuat Joe heran, ia menjawab asal dan balik bertanya, "Beli dong di mall (emangnya jaman itu udah ada mall) bagaimana kau bisa tahu jurusku, makhluk jelek! sambil garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal dengan warna agak pirang kemerahan itu.
"Baik, aku akan menunjukkan wujudku tapi kau harus janji untuk jawab pertanyaanku dengan jujur," suara tanpa wujud itu sedikit melunak.
"Tak masalah, yang penting kau tidak menanyakan hal yang aneh-aneh padaku," sahut Joe denganb cengengesan bercanda.
Tiba-tiba di ujung rakit yang mengangkut Joe hadir sesosok gadis yang sangat cantik dengan bentuk wajah oval telur, bermata kecil namun bening dan jernih dan sedikit nakal, hidung mancung serasi, bibir merekah warna merah ranum dan tubuh yang indah dengan sepasang payudara yang seimbang dengan bentuk tubuhnya yang seksi yang dibalut dengan pakaian kemben tanpa lengan (pakaian adat jawa) berbahan beludru warna gelap yang kontras dengan kulitnya semakin memancarkan kecantikannya. Joe termangu melihat kehadiran gadis tersebut sambil cengar-cengir dan pandangan yang penuh selidik nan genit dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Hei, manusia asing! siapa dan punya kepentingan apa yang membuatmu berani mengantarkan nyawa ke Kerajaan Gaib Laut Selatan ini?" gadis itu dengan pandangan galak.
"Namaku Joe Edan dan maksud kedatanganku kesini untuk mengantarkan surat dari guruku kepada jin penjaga pintu gerbang pintu alam gaib Kerajaan Laut Selatan"
"Pantas! tingkahmu memang konyol dan edan seperti namamu, ketahuilah, aku Wulandari, jin yang kau cari itu! mana surat yang kau ingin berikan kepadaku?"
"Ah! aku tidak percaya bahwa kau adalah jin yang sedang kucari, mana ada jin secantik dirimu," Joe menjawab dengan penuh keraguan.
"Jangan-jangan kau hanya setan laut atau kuntianak yang nyasar ditengah laut selatan ini" tambah Joe.
"Kalau kau tidak percaya, ya sudah! Akan kututup kembali pintu Kerajaan gaib dan kau boleh kembali ke duniamu," ucap gadis itu seraya mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengeluarkan sinar putih berkilauan.
"Eh, tunggu dulu, aku percaya padamu, tapi bila kau menipuku aku tak segan menurunkan tangan kasar walau pada makhluk cantik sepertimu," ujar Joe khawatir gadis itu tidak berbohong sambil melempar gulungan surat yang diambil dari balik pakaiannya.
Surat itu melayang ringan ke arah gadis cantik itu dan tiba-tiba dalam jarak 1 langkah surat itu berhenti dan dalam posisi tertahan di udara surat itu terbuka di depan wajah gadis itu. Dengan cepat gadis itu membacanya. Setelah selesai, surat itu melipat dengan sendirinya lalu melayang kembali ke Joe Edan. Ditangkapnya kembali surat itu lalu dimasukkan ke dalam balik bajunya.
"Baik, aku sudah mengerti maksud kedatanganmu, namun sebelum kau kuantar ke Istana Laut selatan tentunya kau sudah tahu syarat yang harus kau penuhi, bila kau merasa tidak mampu kau boleh angkat kaki dari sini sekarang juga".
"Aku sudah siap menerima syaratmu, silahkan kau menyerang terlebih dahulu!" Joe berkata sambil menyiapkan kuda-kuda pertahanannya.
"Ha.. Ha.. Ha... apa yang mau kau lakukan? Kau pikir syaratnya adalah bertarung denganku?," gadis itu berkata sambil tertawa renyah dan agak genit.
Dengan rasa bingung, sambil Joe garuk rambutnya bertanya, "Lalu apa syaratnya?"
"Buka semua pakaianmu lalu bercinta denganku, bila kau sanggup membuatku mencapai puncak, maka kau lulus dan akan kuantarkan ke Istana Laut selatan," kata gadis itu.
Seusai berkata begitu Wulandari mendekati Joe sambil membuka ikatan belakang kembennya hingga bagian atas tubuhnya terlepas semua dan kini hanya kain dan selendang yang melingkari pinggang saja yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Joe terbelalak melihat pemandangan yang sangat indah itu. Kedua payudara yang montok dan licin dengan puting yang merah muda kecoklatan terlihat sangat serasi dengan kulit dan ukuran tubuhnya. Joe hanya termangu saat jarak antara ia dan Wulandari hanya tinggal sejengkal saja.
"Apa kau tidak pernah bercinta dengan seorang wanita sebelumnya heh, kok, bengong saja, peganglah kedua payudaraku ini," desah lembut Wulandari dengan mengangkat kedua tangan Joe dan meletakkannya pada kedua payudaranya.
"Ti.. dak, aku belum per.. nah melakukan ini sebe.. lumnya," ucap Joe dengan terbata-bata.
"Baiklah, akan kuajari kau bagaimana bercinta tapi bila kau mencapai puncak terlebih dahulu maka kau berarti tidak dapat memenuhi persyaratan yang berlaku," senyum Wulandari percaya dan dengan hati yang sangat gembira karena akan mendapatkan keperjakaan seorang pendekar muda yang tampan perkasa.
Dibukanya ikatan baju Joe yang nafasnya sudah memburu dan hati yang tak karuan hingga tanpa disadari kejantanannya mulai tersembul dari balik celananya yang agak gombrong itu. Wulandari terkagum-kagum melihat tubuh Joe yang terlihat kekar dan perkasa dengan tonjolan otot-otot hasil tempaan Gurunya di pulau karang hantu. Diciumi dan dijilatinya permukaan dada Joe yang bidang dengan lembut dan penuh penghayatan.
Joe yang masih terdiam tegak mulai merasakan aliran darah yang panas yang merambat ke seluruh tubuh dan menggetarkan urat-urat syaraf hingga Joe tak tahan untuk menunduk dan mulai mencium rambut Wulandari. Lidah Joe kemudian merambat kesela-sela telinga yang membuat Wulandari menggelinjang antara geli dan nikmat. Tak kalah panas Wulandari menarik wajah Joe dan kemudian mencium bibir Joe dengan lumatan-lumatan yang menggairahkan. Kedua bibir bertaut erat dan lidah mereka saling menghisap dan memilin dengan kuat. Payudara Wulandari semakin mengeras saat kedua tangan Joe meremas-remas dan memainkan putingnya.
Dengus panas nafas Joe merambat turun menelusuri dagu, leher dan kemudian berlabuh di lembah sepasang payudara Wulandari. Bermain sebentar di lembah bukit yang hangat itu sebentar, lidah dan bibir Joe dengan perlahan mendaki bukit sebelah kanan dan kiri bergantian. Dengan gemas dijilatinya puting yang sudah keras dan meruncing, dikulum dan dihisapnya kuat-kuat dengan sesekali digigit-gigit kecil yang membuat mata Wulandari meredup dan mendesah-desah dalam buaian nafsu dan nikmat. Sementara itu tangan Wulandari mulai mengelus dan mengusap bagian luar selangkangan Joe kemudian tangan itu mulai menyelusup masuk.
"Wow, luar biasa sekali kejantanan pemuda ini," batin Wulandari terkejut bukan kepalang saat tangannya menggenggam penis Joe yang sebenarnya belum ereksi penuh. Dengan tidak sabar dilepaskan ikatan celana Joe.
Srrtt... celana Joe meluncur turun dengan sendirinya ketika ikatan tali celananya dilepas dan terbentanglah pemandangan yang menakjubkan Wulandari dengan mata kepala sendiri begitu perkasanya penis Joe yang menjulang tegar dan perkasa dengan panjang kira-kira 25 cm dan diameter 10 cm dengan tingkat ketegangan yang sangat tinggi. Penis Joe diremas lembut, dikocok-kocok, kemudian ia berlutut mulai menyapu kepala penis dengan lidahnya.
Dengan pelan ia memasukkan penis itu kedalam mulut mungilnya. Ukuran penis yang besar itu membuat mulut mungil Wulandari tidak dapat menampung setengahnya, ia malah tersedak saat mencoba memaksakan penis itu masuk lebih dalam lagi. Sadar akan keterbatasannya, Wulandari akhirnya hanya mengulum dan menghisap semampunya. Kepala Wulandari terlihat sibuk maju mundur dengan giat dan lincah berharap agar pendekar yang masih 'hijau' itu mencapai klimaksnya.
Sekian lamanya Wulandari mengoral hingga mulutnya terasa pegal dan linu namun pendekar muda itu belum ada tanda-tanda akan klimaks, hanya erangan dan desahan keenakan yang meluncur pelan dari mulutnya. Dengan sedikit kesal dilepaskannya penis Joe dari mulutnya. Hati Wulandari terkesiap kaget saat pandangan matanya tertumbuk pada guratan angka 234 yang terukir di persis di atas rambut kemaluan dan dibawah pusar. Batinnya langsung resah dan ragu karena ia memang mengetahui makna dan kekuatan yang tersembunyi pada guratan angka tersebut dan ternyata hal itu merupakan pantangan yang yang tidak boleh dilanggar oleh seluruh anggota Kerajaan Laut Selatan.
Wulandari segera menarik tubuhnya menjauh dari Joe dan cepat mengenakan pakaiannya kembali. Melihat hal tersebut Pendekar Pasak Bumi 234 heran dan merasa sedikit dongkol karena sudah telanjur spanning.
"Hai, kenapa berhenti? Kita belum tuntas melaksanakan syarat itu?" tanya Joe kesal.
"Tidak perlu! Kau kunyatakan lulus syarat itu dan aku bersedia mengantarkan kau ke Istana Laut Selatan, kenakan pakaianmu dan telan ini!" seru Wulandari dengan rasa sesal di dalam hati, ia melemparkan sebutir obat sebesar ukuran kotoran kambing pada Joe.
"Tapi..".
"Sudah jangan banyak tanya! Cepat telan dan ikuti aku, jangan salahkan aku bila kau tertinggal dan tersesat di alam ini".
Byuurr.. Wulandari dengan cepat melompat ke dalam laut. Tak mau tertinggal Joe segera menelan obat itu yang nantinya ia akan mengerti khasiat dari obat itu.
Byuurr.. Joe melesat ke dalam air menyusul Wulandari dan hilang dari pandangan. Pintu gaib Kerajaan Laut Selatan menutup kembali dengan sendirinya ditandai lenyapnya rakit yang ditumpangi oleh Joe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar