Ketika anakku Lucy pacaran dengan Tono, aku terkesima, melihat gelagatnya. Diasuka tersenyum padaku. Aku yakin, dia seorang play boy. Tapi demi anakku, aku berusaha tenang, atas sikapnya yang suka genit padaku. Mulanya aku melarang dengan cara halus, agar Lucy tidak pacaran dengan Tono, tapi Lucy bersikeras, akan menjadikannya sebgai suami. Akhirnya terpaksa kuterima lamarannya, karean Lucy sudah hamil tiga bulan lebih. Sebagai janda, aku sedih memestakan pernikahan anakku satu-satunya.
Sebagaijanda, aku memang suka mencari brondong. Jelasnya aku seorang tante girang. Aku butuh sex. Butuh kenikmatan, walau usiaku sudah 38 tahun. Saat aku digoda oleh Tono, waktu diamengantarku ke kantorku, aku menepisnya dan memarahinya. AKu buka usaha sendiri, memang aku seorang pngusaha wanita yang sukses.
"Awas kamu kalau kamu berani-berani lagi menggodaku," bentakku di atas mobil, saat dia mulai meraba pahaku. Anehnya, dia hanya tersenyum dan terus menggodaku.
Jika aku salah, inilah kesalahanku. AKu sangat butuh sex. Akhirnya, aku tak sadar, kalau Tono membuntutiku. Di puncak, aku dipergikinya sedang mesra-mesraan dengan seorang pemuda berusia 21 tahun, tiga tahun lebih muda dari Tono menantuku. Aku demikian pucat dan gemetar. Dengan galaknya, Tonomenampar laki-laki brondong itu dan mengusirnya, sampai bibirnya berdarah. Anakbrondong itu pun pergi.
"Maafkan ibu, Ton," kataku berbasa-basi.
"Mama munafik. Ketika aku mendekati mama, mama jual mahal," katanya.
"Tapi aku kan mertuamu?"
"Yang jelas, mama perempuan dan aku laki-laki. Mama jauh lebih cantik dibandingkan Lucy," katanya merayuku. Di tanganku masih tergenggam kunci kamar. Memang kami belum sempat masuk kamar. Baru asyik duduk mesra dan laki-laki brondong itu sedang memelukku dan mencium bibirku dan aku balas memeluknya. Saat asyik demikian, aku dipergoki oleh Tono dan aku tak bisamengelak lagi.
Tono merapatkan tubuhnya padaku. Aku dipeluknya dan mencium bibirku di balik taman kecil di sebuah sudut di Puncak. Elusannya, membuatku bergidik. AKu tak mampu mengelak, karean sebenarnya sejakawal bersama laki-laki brondong tadi, aku sudah horny. Tono pun meremas buah dadaku. Walau buah dadaku masih terbungkus oleh bra dan pakaian, terasa remasannya demikian menggairahkan diriku. Tono pun menarikku ke kamar. Di sentapnya kunci dari tanganku dan dia membuka pintu. Begitu masuk, dia langsung mengunci kamar. Aku degdegan.
Tono langsung menyergapku. Aku dipeluknya. Aku berusaha menolaknya, karean dia menantuku.
"Mama... jangan main-main ya. Mama sudah melakukan kesalahan besar," ancamnya. Aku terdiam tak berkutik. AKu takut, diamelaporkan hal ini pada anakku Lucy. Selama ini aku adalah segala-galanya bagi Lucy. Akulah malaikatnya dan akulah panutannya.
Tono mengecup bibirku dengan lembut sekali. Sebalah tangannya meremas-remas pantatku. Lidahnya bermain dalam mulutku. Aku pun tak mampu menolaknya dan aku memberinya respons. Lidah kami bertauitan. Satu-satu pakaianku lepas dari tubuhku. Sekujur tubuhku dia jilati. Dia berjongkok di lantai dan aku masih berdiri dalam keadaan bugil. Lubang pepekku dijilatinya, Klitorisku dihisap-hisapnya. Aku cepat basah. Terasa nikmat sekali. Tak pernah ada laki-laki demikian pintar mempermainkan klitorisku dengan lidahnya. Saat dia berjongkok itu, diamelepas pakaiannya. Kami sudah bertelanjang bulat berdua.
Tono memelukku dan menggendongku lalu merebahkan diriku ke atas ranjang. Kembali klitorisku dijilat dan dihisap-hisapnya. Aku mengelinjang. Tono masih berjongkok di lantai. Kedua kakiku berada di bahunya. Lidahnya bermain di vaginaku. Sesekali dia menjilati duburku. Aku menggelinjang. Aku tak yakin Tono mau menjilati lubang duburku. Ujung lidahnya aku rasakan memasuki lubang duburku. Setidaknya dua tiga centimeter. Lalu lidah itu dia putar-putar dalam duburku. Oh... aku seperti tidak mengetahui aku berada di dunia mana. Dia demikian pintar dan sangat pintar bahkan.
"Ayo Ton... dimasukin..." jeritku.
"Sebentar, Ma. Tungu mama orgasme dulu," katanya terus menjilati memekku menghisap-hisap klitorisku, bergantian menjilati lubang duburku.
Tak tahan aku atas perlakuannya. Kuremas-remas rambutnya. Akhirnya aku menjepit kepalanya dengan kuat melepaskan orgasmeku. Saat aku menjepit kepalanya dengan kedua pahaku, saat itu, jilatannya semakin menjadi-jadi. Aku pun melepas nikmatku yang luar biasa. Sampai aku terkulai. Nafasku ngos-ngosan. Alu lemas.
"Bagaimana, Ma... Nikmat?" Tono tersenyum manis sekali dalam pandanganku. AKu tak menjawab, hanya memejamkan mataku saja dengan mengatur nafasku. Pipiku diciumnya denga lembut dan penuh kasih sayang. Leherku dikecupnya dan buah dadaku dia elus-elus dengan lembut. Oh....
Aku merasakan pepekku sudah sangat basah. Aku merasakan ada lendir yang meleleh dari celah vaginaku. Bagaikan bayi, aku diperlakukan dengan kasih sayang oleh Tonio. Aku merasakan elusannya yang demikian lembut menghanyutkan diriku. Lidahnyabermain pda pentik tetekku. Tangannyamengelus-elus pepekku yang basah. Ketiakku dia jilati, leherku, telingaku dan sekujur tubuhku, sudah basah olehludahnya. Sampai akhirnya lidahnya kembali bermain di pepekku yang basah dan berlendir. Aku mendengar lidahnya menjilati pepekku dan menelan lendir yang keluar dari pepekku itu. Oh... tak pernah seorang laki-laki pun melakukan hal ini padaku.
Aku menggelinjang dan ingin meminta agar Tonomemasukkan kemaluannya ke pepekku. Suaraku sudah susah keluar. KUraba kontolnya dan kutarik tubuhkua agarmenindihku. Kutuntun kontolnya memasuki pepekku. Uh...
Aku sangat terkejut. Lubang pepekku terasa penuh oleh kontolnya. Perlahan dia mendorong kontolnya ke dalam pepekku. Perlahan diamenariknya. Saat dia tekan, aku merasakan semua lubang pepekku penuh. Akubaru sadar, kalau kontolnya demikian besarnya. Walau aku tak melihat dengan jelas, aku dapat merasakan, kalau belum pernah merasakan kontol yang demikian besar dan panjang. Mungkin sudah ratusan laki-laki muda yang memasukan kontolnya ke dalam pepekku dan aku membayarnya. Selama ini, aku selalu meremehkan laki-laki, agar bayarannyabisa didiskon. Dan biasanya mereka menerimanya saja, karean aku mengatakan aku tidak dapat dipuasinya. Tapi Tono, tak mungkin aku mengatakannya demikian, karean aku kewalahan dibuatnya.
Secara teratur, Tono mencucuk dan menarik kontolnya di pepekku. Iramanya teratur, dan tusukannya mengganjal jauh di lubang pepekku. Aku benar-benar tak bisabberbuat apa-apa selain memberinya respons yang hangat. Biarlah aku melupakannya sebagai seorang menantu. Tono benar, dia laki-laki dan aku perempuan, walau ada hubungan menantu dan mertua. Aku tak tahu malu lagi. Aku mengerang-erang kenikmatan. mendesis-desis dan memeluknya kuat-kuat.
"Ton... ayo tmbak sayang. Mama sudah mau sampai ni..." desisku. Tono memelukku dan mempercepat cucuk-tariknya di pepekku. Dan... aku tak mampu menahannya dan memeluknyasemakin kuat. Demikian Tono memelukku erat sekali dan menekankuat-kuat dalam gayakelembutannya, tapi aku merasakan kebuasan di balik kelembutannya itu. Crot...crooot...croooot.... Lendirnya yang banyak menyemprot di dalam pepekku. AKu merasakan kehangatannya dan aku juga melepaskan kenikmatanku. pepekku basah sekali.
Tidak seperti laki-lakilain. Selesai melepaskan spermanya, dia langsung membelakangaiku. Tono tidak. Dia justru mengecup bibirku dan membelai rambutku. Layaknya aku diperlakukan seperti anak bayi. Aku pas sekali.
"Bagaimana, Ma/ Puas kan???" bisiknya dengan nafasnyayang masih belum teratur. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman.
"Mama semakin cantik saja, Ma. Senyum mama menggodaku. Aku mau lagi..." bisisknya.
"GIla kamu Ton. Istirahat dulu. Mama gak sanggup." Dia tersenyum manis dan membelai-belaiku. Sepuluh menit, aku ke kamar mandi mencuci pepekku. Tono mengikutiku dan dia juga membersihkan dirinya. Seusai kecing dan melap dengan handuk, Tono memelukku dari belakangdan menciumi tengkukku. Aku merinding.
"Sudah sayang, nanti lagi," kataku. Tono tak melepas pelukannya dan terus menjilati tengkukku. Dia rapatkan kontolnya ke lubang anusku.
"Jangan sayang. Pasti sakit," tolakku. Tono terus merangsangku.
"Nanti mama akan tau, bagaimana nikmatnya. Sakitnya hanya satu menit tapi nikmatnya sepanjang hidup," katany merayu. Aku digendongnya ke ranjang, menelungkupkan diriku. Dijilatinya lubang anusku. Lama juga dia menjilati anusku. Aku merasakan lubang anusku mulai kemat-kemit dan basah oleh lidahnya.
"Mama menungging, Ma," pintanya. Aku mengikutinya. Kontolnya mulai menyentuh lubang pepekku. Dua cuck cabutdan cucuk cabut. Aku merasakan enaknya. Laludia menahan cucukannya di lubang anusku, dan perlahan diamulai menekannya. Aku merasakan enak. Takan lalu dia hentkan bebarapa saat. Kemudian diatekan lagi, dia hentikan, dia tekan lagi dan akhirnya aku merintih, karean mulai terasa sakit.
"Sabar, Ma, " katanya menahan kontolnya. Aku merasakan dinding anusku diludahnya. Tonoberdiri di lantai dan aku menungging dio tempat tidur. Tono meminta aagar aku mengembang kemb\piskan anusku. Tak terasa, aku pikir dia sudah menahan kontolnya, tapi dia menusuk kontolnya sangat perlahan-sekali, sampai tidak terasa kontol itu sudah habis memasuki anusku. Pantatku di remas-remasnya. Sesekali dia juga meremas kedua tetekku dan menjilati punggungku. Tonomenarik kontolnyaperlahan dan aku merasakan nikmatnya. Sebelah tangannya mengelus-elus klitorisku. Kemudian diamencucuk kontolnya lagi dan menariknya, semua berjalan dengan operlahan-lahan dan lembut. Akupun mulai merasakan nikmatnya. Makin lama, makin cepat cucukan kontolnya pada anusku. Aku menikmatinya sampai aku menjerit histeris kenikmatan. Aku [un merasakan kontolnya mengcil dan keluar dari anusku. Saat itulah kenikmatan kedua kaliya tak dapat kubendung.
"Bagaimana, Ma? Sakitnya hanya sekejap kan. Tapi nikmatnya...?"
"Ah. Kamu ada-ada saja, Ton," kataku genit. Aku sudah lupa kalau dia menantuku.
Tak lama, kami pun ke kamar mandi. Kami mandi abersama dalam bathtub. salig emnyabuni dan begitu mesranya. Tak pernah lai-laki memperlakukan aku sedemikian mesra.
Kami pun pulang bersama. Dia menyetirmobi, karean menurutnya, ketika dia membuntutiku, dia naik taksi.
Hatiku sangat berbuga-bunga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar