Begitu aku pacaran dengan Mimie, aku diajak ke rumahnya. Dia adalah anak tunggal dari ibu mertuaku. Aku tidak mengerti apakah ibu mertuaku itu janda atau apa. Menurut gunjingan, kekasihnya Mimie, juga lahir tanpa ayah. Mimie mengatakan, ayahnya meningal dunia ketika dia masih dalam kandungan. Benar tidaknya aku sendiri tidak tau. Mertuaku ini sangat kaya. Punya belasan Ruko, punya tiga buah Villa, beberapa buah mobil. Aku gak mengerti, mereka hanya dua orang plus pembantu, tapi mobilnya ada enam buah. Mewah lagi.
Pagi itu aku terkejut, mendapatkan telepon dari calon ibu mertuaku. Katanya ingin bertemua denganku empat mata, soal hubunganku dengan Mimie. Aku menyetujuinya. Kami bertemu di sebuah mall dan mengambil tempat disebuah sudut restoran mewah pula.
"Kamu benar-benar mencintai Mimie? Dia anak tunggalku , segala-galanya bagiku. Kamu serius?" ibu mertuaku sangat serius membicarakannya denganku. AKu jawab aku sangat serius.
"OK kalau kamu serius, kamu boleh pilih salah satu rumah. Pilih yang mana kamu mau dan pilih mobil mana yang kamu mau," Camer ku itu memberikan daftar alamat rumahnya. Ternyata bukan hanya ruio, tapi rumah mewah yang dia kontrakkan juga belasan dan besar-besar. Demikian juga mobil dia serahkan mana saja aku mau dan biaya kuliahku juga akan dia biayai. Aku senang bukan main.
"Tapi awas... jika kamu macam-macam...." dia mengeluarkan sepucuk pistol kaliber 38 dari tasnya.
"Ke enam peluru ini akan menembus kepalamu," katanya pula. Matanya demikian jalang menunjukkan keseriusan. AKu menyetujui, kalau aku serius.
"Syarat kedua. Jika kamu menyukai Mimie, berarti kamu juga harus menyukaui aku sebagai mertuamu," Katanya tegas. Aku menyetujuinya, karean bagaimana pun dia adalah nantinya ibu mertuaku. Saat seperti itu, cantiknya calon mertuaku itu tak kelihatan lagi, kecuali keberingasannya.
"Bagaimana, setuju?"
"Ya. Pasti aku setuju," kataku kalem walau sebenarnya aku limbung juga.
"Baik kalau begitu, mari kita pergi," dia menyerahkan kunci mobil. AKu mulai menyetir mobil.
"Kemana, Ma?" AKu mulai memanggilnya Mama.
"Ke puncak."
"Kepuncak? "
"Ya. Kenapa?"
"Oh... gak apa-apa Ma," aku takut juga. Kupacu mobil sekencang-kencangnya di jalan tol. Empat puluh lima menit kemudian kami sampai di puncak, membelok ke kiri dan menju villa. Dari mobil, Mama sudah menelpon penjaga villa agar dibukakan gerbang. Aku langsung memasukkan mobil ke garasi dan dengan remote control pintu gerbang yang tingai itu tertutup kembali. Mama langsug membawaku ke kamar. Aku heran juga dan bengong.
"Sebelum kamu resmi menikhai Mimie anakku, aku harus coba kamu dulu, apakah kamu jantan apa tidak. Kalau tidak kamu boleh batal menikah dengan Mimie. Dan kamu tidak akan pulang lagi ke rumah orangtuamu. JIka kamu tidak jantan, malam hari ini, aku akan menghabisi nyawamu."
Mama langsung membuka semua pakaiannya dengan berani sampai telanjang bulat. Gila! Dia juga memerintahkan aku bertelanjang. Kami sudah sama-sama bugil. Mama berusia 38 tahun, sintal, putih mulus dan teteknya mungil.
Gila! Kontolku langsung tegang. Laki-laki mana yang tidak tegang melihat tubuh yang sintal padat berisi, mungil dan putih mulus, seperti tak pernah melahirkan. Usiaku 21 tahunterus terang saja, pantang memandang, langsung tegang. Dengansenyum manis, Mama mendekatiku.
"Ayo sayang, buktyikan keperkasaanmu," katanya. Gila! Dia memelukku dan menciumiku. Aroma parfumnya benar-benar membuatku terangsang.
"Kamu belum pernah berciuman?"
"Belum, Ma." Aku berbohong.
"Jadi kamu juga belum pernah ngentot?" Gila! Dia to the [point tanpa basa-basi dengan perkataan yang lebih sopan seperti bersetubuh dan sebagainya.
"Belum, Ma" jawabku jujur.
"Apakah Mimie juga belum pernah kamu cium?"
"Belum Ma," jawabku jujur. Pacaran aja baru tiga hari. Soalnya belum ada kesempatan, sih. Kalau ada kesempatan, mungkin....
"Kamu tidak keberatan, kan? Kalau mama mengajarimu sayang?"
"Tidak, Ma." Mama pun menciumi bibirku dan aku pura-pura blo'on saja. Lama kelamaan, aku tak mampu menahan gejolak nafsuku. Aku membalas ciuman Mama. Kontolku sudah sangat tegang. Di lepasnya bibirmu dan diarahkannya aku menjilati teteknya, Dia arahkan aku menjilati sekujur tubuhnya. Diarahkannya aku menjilati memeknya, lubang duburnya. Hep... Lubang dubur? Mulanya aku ragu juga. Mama menangkap rambutku dan diarahkannya mulutku ke duburnya.
"Ayo sayang dijilat..." Terpaksa aku melakukannya. Aku melihat mama menggelinjang. Aku jadi makin semangat. Aku punditolaknya dan aku sudah rebah di tempat tidur. Mama menjilati sekujur tubuihku, mengisap sebentar kontolku dan menjilati duburku. Wah... ternyata betapa nikmatnya, lubang dubur dijilati. Aku menggelinjang. Mendesah dan .... Ada setengah jam lebih kami saling menjilat dan berciuman. Mama menaiki tubuhku, mengangkanginya dan memasukkan kontolku ke memeknya yang basah dan becek. Setelah semua kontolku masuk, dia membalikkan tubuhku agar aku berada di atas. Tentu saja aku langsung memompanya. Tak lama Mama menjepit pingangku dengan kedua kakinya dan mendesah keras.
"Aku sudah sampai," jeritnya. Dia terus memintaku untuk memompanya dari atas. Harum tubuhnya bercampur keringat membuatku semakin membuatku jadi semangat. Aku terus memompanya. Saat kocokanku semakin cepat dan aku hampir sampai puncak kenikmatanku. Tiba-tiba tangan mama meraba kontolku. Kukunya yang runcing-runcing menjepit kontolku. Aku kesakitan oleh kuku yang tajam itu. Langsung orgasmeku batal. Dia menjepit pingangku dengan kuat. KOntolku masih di dala memeknya. Mama memelukku dan mengelus-elus tubuhku yang berkeringat, lalu menjilati leherku, mengisap-isap pentil tetekku. Nafsuku bangkit kembali dan kontolku mengeras lagi. Aku mulai menggenjot Mama. Beberapa kali genjotan, Mama kembali menjepit kuat kedua kakinya ke pinggangku dan dia mendesah.
"Mama sampai lagi, sayang..." pekiknya. Aku tak perduli dan terus menggenjotnya dengan kuat dan buas. Aku harus sampai. Tapi kembali lagi mama meraba kontolku dan mencucuknya dengan kuku-kukunya yang tajam dan aku kesakitan lagi.
"Aduh...." Mama terus menggoyangku dari bawa dan menjilati tubuhku. Meraba-raba lubang duburku dengan tangannya yang lentik dan mengisapi pentil tetekku. AKu kembali bersemangat. Kami saling mengoyang dan menggoyang dan terus menggoyang. Nafas mama benar-benar memburu dan kami terus menggoyang dengan gerakan-gerakan entah apa namanya dan.....
"Crooooot... Crottt... Crooottt..." Aku menembakkan spermaku di lubang memek mama. Mama terus mengoyangku dari bawah sampai dia menjerit hidteris dengan sekuat-kuat suaranya berteriak. Ahhhhhhhhhhhhhh....... Dia memelukku dengan kuat.
"Kamu cepat sekali melepaskan spermamu. Aduh, Mama baru orgasme tuga kali. Seharusnya lima kali dong..." Gila. Gila. Gila !!! Aku diam saja keletihan. Setelah nafasku netral:" Ma, kalau teriaknya kuat begitu, apa gak malu didengar sama pembantu, Ma?"
"Bodoh amat. Tapi mereka tidak akan mendengar suara apapun. Kamar ini, kamar yang memakai peredam cukup Baik." Oh....
"Aku bangkit dan pipis ke kamar mandi. Mama juga mencuci memeknya. Bersama kami keluar dari kamar mandi. Begitu sampai dekat tempat tidur, aku langsung ditolaknya ke atas tempat tidur. Mama mulai menjilati sekujur tubuhku, ketiakku dan mengisapi kontolku. Keringatku yang sudah pasti asin, dia jilati terus. Sekujur tubuhku penuh ludah jilatan. Kontolku berdiri dan langsung dia masukkan ke dalam memeknya. Tubuhnya duduk di tubuhku menyembunyikan kontolku dalam lubang memeknya. Dia seperti menari-nari di atas tubuhku.
"Akan kuhajar ku..." bisiknya dengan snyum yang sangat manis. Kuraih tubuh mama dan kupeluk. AKua memeluknya sangat kuat dan bibirnya kulumat dengan rakus.Kujepit pinggangnya dengan kedua kakiku, hingga memeknya kuat menjepit kontolku. Mama menggeliat dan menyeringai lalu histeris. Saat itu aku mengocoknya dari bawah, hingga kami sama-sama sampai. Kelihatan mama sangat kecewa. Harapannya, aku tidak sampai, menungu dia orgasme beberapa kali.
"ya... Kamu masih pemula, sih. Tak lama lagi kamu akan pintar dan nanti akan mampu memuaskan Mimie anakku,: katanya dengan senyum. Setelah istirahat sejenak kami mandi air hangat. Tubuh kami kembali segar. Waktu sudah sore, kami pulang. Di sebuah restoran, kami makan sepuasnya.
"Mulai besok, kamu tinggal di rumah yang sudah kamu pilih. Besok pagi, kamu boleh mengajak MImie, memilih rumah mana yang akan kamu tingali," katanya. AKu besok harus tiba di rumahnya pukul 08.00, dengan membawa pakaian dan buku-buku serta keperluan vital lainnya naik taksi. Selebihnya akan dibeli baru, kata Mama.
Kami pulang. Mama mengantar aku sampai ke tempat kosku yang sederhana. Begitu aku mau turun, mama menyuruhku membuka bagasi mobil dan mengambiol tas warna putih. Aku menurutinya, kemudian menutup bagasi mobil.
"Ini tas nya, Ma."
"Ambil untuk mu. Nanti kamu buka di kamarmu. Hanya boleh kamu sendiri yang membukanya. Dan jaga. Hati-hati," pesan mama dengan manis. Mobil melaju meningalkan aku dan aku langsung ke kamarku, untuk membenahi barang-barangku. Kubuka tas putih itu. Waw....
Ku hitung.
Dua ratus lima puluh juta rupiah.
Gila !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar