Adikku Kekasihku Abadi

Kamu kenapa, tanyaku pda Bono adikku. Dia diam tak menjawab. Wajahnya murung dan gelap. Pasti ada sesuatu yang salah, dalam hatiku.
"Ayo cepat naik," bentaknya. Aku pun naik ke atas sepeda motornya. Lalu dia melarikan sepeda motor itu dengan kencangnya. Aku terpaksa memeluknya dengan kuat dari belakang.
"Bono!" bentakku dari belakang. Tapi Bono terus melajukan sepeda motornya dengan lebih kencang lagi. Akhirnya, kami tiba juga di kos dengan selamat.

Kami menyewa sebuah pavilyun di sebelah kanan rumah induk. Pavilyun lumayan besar, dua kamar. Ada teras di depan rumah dan di belakang rumah. Di depan teras belakang rumah, ada taman kecil yang asri. Kami selalu duduk berdua sore hari di sana, sembari mengerjakan PR kami. Aku kelas 2 SMA dan Bono adikku kelas 2 SMP. Kami sekolah di satu yayasan. Ayah dan ibu kami di ibukota sebuah kecamatan jadi juragan pembeli apa saja hasil bumi masyarakat desa. Sebulan sekali ayah atau ibu kami datang memberikan uang keperluan kami selama sebulan.

Setelah bangun tidur siang, kami duduk di teras belakang membawa buku PR kami. Aku duduk dekat dengan BOno dan bertanya dengan lembut, agar dia tidak tersinggung.
"Tadi kenapa sih, kamu uring-uringan?" tanyaku. Mulanya Bono diam saja.
"Kalau kamu tidak mau jujur, mulai besok, aku naik angkot saja," kataku. BOno takut, kalau sepeda motornya ditarik oleh ayah.
"Tadi Kamu ngapain dengan Yanto? Duduk berdua di sudut kantin. Mesra lagi..."
"Oh... itu soalnya. Lalu kenapa kalau duduk berduaan dengan Yanto dan bermesraan?" Bono sejenak diam. Aku mendesaknya agar menjawab.
"Aku gak suka!"
"Alasannya kamu gak suka kenapa?"
"AKu gak suka kakak pacaran."
"Kenapa?"
"Pokoknya aku gak suka."
"Berikan alasan. Kenapa gak suka?"
"Nanti kamu diciumnya, dipeluknya dan..."
"Kalau dipeluk dan dicium, kenapa. Kan biasa laki-laki memeluk dan mencium perempuan?"
Bono cemberut. Aku menatap wajahnya yang semakin keras. Bono memang orangnya keras dan tak takut berkelahi. AKu juga tak mau dia berkelahi dengan siapapun karean aku. Karean itu akan sampai kepada ayah dan ibu. Ayah dan ibu tidak mengizinkan aku berpacaran sebelum amat SMU. Ancamannya, aku diberhentikan sekolah dan dinikahkan.
"Kamu cemburu, ya?" Bono menatapku kemudian menganggukkan kepalanya.
"Kenapa kamu harus cemburu? Memang aku ini pacarmu. Kenapa gak pacaran dengan gadis lain temanmu satu kelas umpamanya?"
"Gak mau!"
"Kenapa gak mau?"
"Aku mau pacaran sama kamu saja." Aku tertawa, sampai-sampai pemilik rumah induk melihat kami dan akhirnya memuji kami, karena aku dan adikku sangat kompak. Aku pun memeluk adikku dengan kasih sayang.
"Memangnya kamu sudah bisa mencium aku? Sudah bisa pacaran, kamu?" Bono diam saja. Aku meninggalkannya mengambil air minum mineral ke ruangan. Bono megikutiku. Saat aku berbalik, Bono memelukku dan mencium bibirku. Aku terkejut sekali. Dalam keterkejutanku yang tiba-tiba itu, Bono justru mempermainkan lidahnya di mulutku. Detik itu juga, bulu kudukku berdesir. Dan...

Aku membalas ciuman Bono. Mungkin setan memperngaruhi kami. Aku lupa kalau dia adikku. Kami berpelukan dan berciuman, layaknya sepasang kekasih. Oh....

Sejak saat itu, Bono semakin berani memeluk dan menciumku dan aku pun selalu memberi respons. Sebagai seorang gadis, aku butuh sentuhan laki-laki dan keindahan dalam kemesraan. Aku berusaha mendekati laki-laki, tapi laki-laki hanya mau uangku untuk traktir di kantin, tapi tak ada yang menjadikan aku pacar mereka. Tubuhku yang kecil dan tetekku yang sangat kecil atau memang aku yang kurang cantik menurut mereka.

Saat hujan sangat deras dan ptir sabung-menyabung, aku ketakutan sendiri. Aku mengetuk pintu kamar Bono dan meminta izin agar aku bisa tidur bersamanya di kamarnya. Aku senang sekali Bono mengizinkanya. Dalam selimut (karena sangat dingin) Bono mulai meraba memekku. Aku kegelian, tapi aku menyenanginya. Dia memasukkan jarinya melalui celana dalamku. Rambut-rambut memekku dia elus-elus. Oh... indah sekali perasaanku. Sebelah lagi tangan Bono kuarahkan mengelus-elus tetekku. Oh.. indahnya. Kulepas bra dan kuminta Bono mengisap-isap dan menjilati tetekku. Oh... indah sekali.

Hujan semakin deras walau tanpa petir. Bono sudah melepas pakaiannya sampai telanjang. Aku melihat kontolnya yang berdiri keras. Dia meminta aku melepas pakaianku. Aku diam saja. Aku berharap, Bono yang melakukannya untuk menelanjangiku. Benar, Bono melakukannya. AKu juga sudah telanjang bulat. Kuraioh dirinya untuk memelukku dan kami berpelukan di bawah selimut. Saling mempermainkan lidah kami di dan saling meraba dengan lembut. Aku benar-benar basah. Memekku berdenyut-denyut.

"Tindaih aku, Bon. Tindih aku," pintaku. Bono menaiki tubuhku. Berkali-kalu di mencucukkan kontolnya ke lubangku. Akhirnya aku mengambil inisiatif untuk menuntun kontolnya memasuki lubangku yag sudah sangat basah. Bono menekannya.
"Pelan... Sakiiiittttt..." kataku. Aku mengangkangkan kedua kakiku dan Bono menekan perlahan. Aku merasa sakit dan merintih, tapi Bono tidak perduli. Perih sekali memekku saat ditembusnya sampai dalam. Kuminta Bono menghentikannya. Kuminta Bono mengisapi tetekku. Kujilati lehernya. Rasa perihnya berkurang. Aku mulai menggoyangkan pinggulku. Bono mulai menggoyangnya dari atas. Aku merasakan nikmatnya, luar biasa. Tak lama, kami sama-sama orgasme. Indah sekali.

Besoknya aku tak sekolah. Masih terasa perih. Kuminta, agar Bono merahasiakan semua yang terjadi. Dengan senyu nakal Bono menganggukkan kepalanya. Usianya yang masih dini, telah mampu membawaku nikmat. Dua hari aku tak sekolah, dengan alasan aku sakit dan surat izinku dibawa oleh Bono ke sekolah. Hari ketiga, aku masih jalan kesakitan. Pelajaran olahraga aku minta izin tak ikut karean perutku sakit. Tapi setelah semingu, semua jadi biasa.

JIka sudah malam dan kami sudah menutup pintu dan jendela, kemesraan kami bagaikan sepasang kekasih yang lagi mabuk cinta. Kami saling merayu dan mengucapkan kata-kata cinta.
Di sekolah ada pelajaran biologi dan Keluarga Berencana bagi usia subur. Aku mengajnurkan pada Bono agar memakai kondom, agar aku aman tidak hamil. Akhirnya Bono mau. Sejak saat itu, kami selalu memakai kondom setiap kali persetubuhan kami. Kami juga sangat hati-hati. Kondom-kondom yang terpakai itu, selalu dimasukkan ke dalam closet agar tak sampai ketahuan. Kondom yang belum terpakai, selalu tersimpan dengan rapi.

Kami selalu menyewa film-film porno dan belajar dari sana. Berbagai gaya kami lakukan dan kami semakin dewasa. Kini aku sudah mahasiswa dan Bono sudah Kelas 3 SMU. Setiap sabtu, Bono mendatangiku ke kos. Persisw tiga bulan sebelum dia ujian negara, ayah dan ibu sudah membeli sebuah rumah di kawasan real estate sederhana dan membangunya untuk mami. Begitu Bono lulus, dia langsung pindah ke rumah itu sembari mengawasi tukang. Akhirnya, kami kembali satu rumah dan melanjutkan cinta kasih kami, sampai akhirnya aku lulus sarjana dengan IP 3, 72.
Sorang laki-laki melamarku. Tak lama, aku diceraikan, dengan alasan aku tidak perawan lagi. Ayahku marah besar padaku. Aku mengatakan, olah raga keras mungkin yang membuatku tak perawan lagi. Aku tidak pernah pacaran, bagaimana orang bisa menyetubuhiku. Ketika ayah memaksa aku dibawa ke dokter anak temannya, aku diperiksa dan aku sangat degdegan. Dadaku gemuruh. Akhirnya dokter menyatakan, vaginaku luka lama. Tak bisa ddeteksi, kapan perawanku lenyap. Setidaknya sudah tujuh tahun, kata sang dokter. Ayahku mengingat-ingat, berari aku masih kelas 1 SMA. Ayah pun jadi tenang. Jadilah aku janda kembang. Aku senang dan adikku juga senang.
AKu bekerja di sebuah instansi pemerintah. Adikku kuliah. Saat ayahku menyarankan kepad adikku agar adikku Bono menjaga aku, adikku malah marah.
"Apa ayah pikir selama ini aku tidak menjaga kakak? Aku tersinggung, kakakku diceraikan demikian saja, seakan kakakku tidka bermoral," bentak adikku Bono membelaku. Ayahku diam dibentak demikian. Ibuku juga. Akhirnya Bono mengatakan, jangan takut, dia akan menjagaaku kemanapun aku pergi. Ayah dan ibuku lega dan mereka pulang. Begitu mereka menaiki mobil dan lewat simpang blok rumah, kami tersenyu dan berpelukan.

"Kita ke kamar yuk..." ajak Bono. Aku tersenyu dan mengangguk. Kami menutup pintu siang itu dan ke kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar