Dengan Si Mbah (1)

Nama saya Mila, saya seorang ibu dengan satu anak, dan sudah 5 tahun ini aku
menggunakan jilbab. Sebagai ibu rumah tangga, tidak banyak yang saya lakukan,
aktivitas saya hanya antar jemput anak saya yang masih TK dan mengurus rumah dan
suami. 2 tahun yang lalu saya menjalani terapi akupunktur dengan seorang ?mbah?
akupunktur di kawasan Kelapa Gading sebelum tempat ini menjadi terkenal seperti
sekarang ini. Saya menjadi pelanggan klinik ini atas saran adik saya Priska.
Saya tau dia selama ini menjalani terapi akupunktur, namun bagaimana dan di mana
kliniknya saya tidak pernah tau. Hingga akhirnya pada minggu malam setelah aku
memaksanya untuk memberikan alamat kliniknya dia memberikannya.

Saya tidak pernah membahas mengapa dia begitu berat memberikan alamat ini dan
tidak pernah mau mengantar aku ke tempat ini. Akhirnya pada keesokan harinya
setelah menitipkan semua urusan rumah tangga ke adikku ini aku berangkat ke
klinik akupunktur ini. Adikku sebenarnya tidak menetap di rumahku. Dia tinggal
bersama orang tuaku di Bandung. Mulai Senin itu anakku satu-satunya libur dan
dia seperti biasa berlibur bersama orang tuaku di Bandung. Priska memang rutin
ke Jakarta selain untuk kegiatan bisnis baju muslimnya dan pastinya seperti yang
aku tau, pada hari Sabtu Minggu itu dia baru saja menjalani terapi akupunktur.

Setelah mengantarkan Priska dan anakku ke biro travel, aku segera memacu mobilku
ke alamat yang diberikan Priska. Priska tidak memberiku banyak informasi, namun
aku bisa mencarinya dengan mudah. Priska juga tidak mengatakan padaku berapa
biaya perawatan akupunktur disini. ?Tiap2 orang beda-beda kok mbak, tergantung
perawatannya bagaimana?. Begitu katanya, dan aku percaya dan tidak mungkin akan
mahal, sebab aku tau bagaimana kemampuan keuangan Priska. Apalagi aku tau dia
terapi lebih dari sebulan sekali ke klinik ini. Dan hasilnya menurutku cukup
baik.

Jam 9.30 aku sudah berada di klinik itu. Ruang tunggunya sepi. Tidak ada siapa-siapa,
yang aku bingung tak ada petugas administrasi pencatat antrian pasien dan disitu
disebutkan kalau hari Minggu tutup. Dalam hatiku berpikir mungkin kalau Minggu
Priska pura-pura saja berobat di sini tapi aslinya dia pacaran, memang dia masih
belum menikah, tapi dengan siapa dia dekat saat ini aku tidak pernah tau.

Tiba-tiba terdenngar suara dari intercom ?ibu mau akupunktur?? saya yang tidak
tau pengoperasian akupunktur pertamanya bingung bagaimana menjawabnya. Akhirnya
stelah tau harus bagaimana aku menjawab ?iya pak, saya Mita kakaknya Priska?.
Lama sekali tidak ada jawaban. Namun tak lama kemudian pintu yang bertuliskan
ruang perawatan terbuka. Seorang laki-laki berusia 40an tahun, mempersilahkan
aku masuk. Dia menggunakan safari putih namun dibawahnya menggunakan sarung
berwarana hijau. ?panggil saja saya mbah? begitu katanya saat kami berjabat
tangan.

Dibalik pintu itu ternyata bukan ruang perawatan dokter, namun lorong panjang
yang berujung pada tangga menuju lantai dua. Saya dipersilahkan naik dan dia
mengikutiku dari belakang. Agak risi juga, apalagi pada saat itu aku menggunakan
celana panjang berbahan kaos yang pastinya cukup bisa memperilahatkan bokongku
yang sudah melebar. Di lantai 2 terdapat beberapa ruangan, dan nampaknya aku
pasien pertamanya hari itu. Di depan kamar2 tersebut ada seperti ruang tunggu
yang dilengkapi TV. Kami duduk di situ. Mbah memberiku sebuah minuman the hijau
hangat yang lumayan enak menurutku. Dia bertanya apa keluhan ku. Aku menjelaskan
? Mbah saya mau melangsingkan badan, Berat saya sudah 58 ? 59, paha saya besar
dan maaf Mbah, pantat saya juga melar sejak melahirkan? Saya agak gugup pada
saat itu. Apalagi Mbah waktu itu hanya diam saja. Saya juga bertanya2, mengaapa
orang seumur ini dipanggil Mbah. Dan dia juga bukan dukun. Dia Nampak ragu2.

?Kamu kakaknya Priska??
?Iya Mbah, selama ini kalau dia mau terapi selalu kerumah saya dulu?. Dia
terdiam cukup lama, dan ini semakin membuat saya bingung. ?Coba ke sini? katanya
sambil melambaikan tangan agar aku mendekat. Aku berdiri menuju kearahnya yang
sedang duduk di kursi. Begitu di dekatnya di suruhnya aku membalikkan badan. Dan
tanpa ba bi bu dia memegang pantatku dengan kedua tangannya. Kemudian pahaku
juga dipegangnya. Walaupun kaget tapi mencoba untuk tenang, karena kupikir ini
sebagian dari pemeriksaan sebagaimana layaknya dokter.
?Ada keluhan lain, selain pantat dan paha? sahutnya lagi sambil tetap memegang
pantatku. ?Perut saya, Mbah, dan?? belum selesai saya bicara dia sudah menyela ?Pantatnya
normal kok?. Pahanya juga gak terlalu besar. Agak kecewa karena seolah2 ditolak
saya menjelaskan ? Dulu celana saya ukuran 29 Mbah. Sekarang 30-31?. ?ya sudah
ibu-ibu itu wajar? sahutnya lagi. ?Tapi saya sekarang gak berani pake celana
jeans lagi mbah. Apalagi perut saya? mmmm lingkar pinggang saya sudah melar Mbah?
lanjut saya sambil mengambil tangan kanan si Mbah yg sedang memegang pantat saya
ke perutku. ?Ohhhh?? Si Mbah bergumam. Puas dengan reaksinya aku pun mulai
sedikit tenang ?lengan saya juga mulai besar Mbah. Dan maaf ya Mbah payu dara
saya agak turun?. Mbah melepaskan tangannya dari perut dan pahaku. Dia duduk
bersandar sambil menengadahkan kepalanya ke arahku.

?Sebetulnya masih wajar Mila, mungkin?? belum selesai dia bicara, kali ini saya
yang memotong perkataan si Mbah. Tapi saya gemuk dan berat badan saya naik 5 kg
Mbah, dan ini agak kendor.? Kataku sambil memegang buah dadaku. Begitu si Mbah
berdiri aku agak menyesal dengan kata-kataku, pasti dia akan memegangnya batinku.
?Jarang olah raga ya?? katanya sambil memegang lenganku. Tak seperti yang
kubayangkan dia beranjak ke lemari yang berada di dinding ruangan dan mengambil
kimono dari sana. ? Tolong Tasnya? sahutnya sambil memintaku menyerahkan tas.
Task u di masukkan dalam lemari, dan aku dipersilahkan masuk ke ruangan untuk
berganti baju. Akhirnya aku lega, mau juga orang ini melayani aku. Aku sudah
hamper menelepon Priska dan complain kok ada therapist menolak pasien. Di dalam
ruangan itu terdapat sebuah tempat tidur pasien layaknya tempat tidur yang ada
di dokter. Dan di sisi kiri ruangan hanya terdapat cermin besar yang ditempel di
dinding. Setelah melepas semua bajuku dan menggunakan kimono, aku merebahkan
badanku. Si Mbah membuka pintu, ?duduk diluar dulu mbak, belum mulai kok?. Agak
malu aku pun keluar ruangan. Aku duduk di sofa yang tadi dan si mbah memberiku
secangkir the hangat lagi. Kali ini rasa dan baunya agak aneh. Warnanya agak
kuning, dan baunya agak strong. Waktu aku minum aku agak tersedak, si mbah
memberiku sepotong biscuit. ?Ini biar gak eneg, Kalau minum sekali teguk saja?
Belum aku minum di menuangkan sesuatu dari poci kecil yang aku pikir dari
kentalnya itu gula. ? ya sudah minum ya?. Sekali teguk saja? katanya.
Aku minum, yahkkk jamu apa ini, dan pastinya tadi bukan gula. Agak muak dengan
rasa the yang anyir akupun melahap biscuit dan menerima air putih yang
disodorkan si Mbah. ?itu untuk merontokkan lemak? kata si Mbah dengan dingin.
Ekspresinya masih membuatku agak jengkel. ?Ada keluhan lain??. ?ada mbah, saya
agak keputihan.? Si Mbah melepaskan kacamata tebalnya. Hmm agak lumayan
tampangnya kalau begini batinku. ?Sering pakai panty liner ya??. Aku mengangguk.
?Mulai sekarang jangan di pakai ya?. Aku mengangguk lagi. ?Punya pohon sirih??
aku menggelengkan kepala, lumayan bersuara nih si Mbah sekarang. ?Ya sudah, ayo
masuk? perintahnya. Di dalam aku disuruhnya tengkurap. Bajuku yang kutaruh ada
di atas tempat tidur diambil kemudian dia taruh diluar. Entah di laci yang sama
dengan tasku atau dimana entahlah.

Pengalamanku ini bermula dari sini. Dari ruangan ini dan dimulai dari sejak
tangan-tangan si Mbah memijitku. Maaf buat pembaca pria mungkin aku kurang
pandai bercerita.
Si Mbah mulai melakukan pijitan refleksinya di ke dua telapak kakiku. Namun
tidak membuatku terlalu kesakitan seperti pemijat2 refleksi lainnya, namun cukup
lama dan dia melakukannya dengan sangat teliti. Satu persatu, dan sama sekali
tidak berbicara. Beberapa kali aku bertanya sekedar memecahkan suasana. Tapi dia
diam saja. Terakhir aku bertanya lagi ?Mbah, minggu kan tutup, tapi kemarin
Priska ke sini ya??. Dia pertamanya diam. Namun dengan sedikit menekan jempol
kaki kiriku dia menjawab ?Minggu dia gak terapi kok. Ini gak sakit ya?. ?Nggak
Mbah?.? Berarti kemana tuh anak tiap minggu batinku. Soalnya kalau minggu dia
berangkat pagi sampai di rumah paling jam 6 atau jam 7 malam.

Selesai dengan refleksi. Dia mulai memijit betisku. Ohh pake pijit toh batinku.
Dia mengoleskan minyak yang cukup harum ke betisku dan mulai memijatnya. Dia
membalurkan minyak itu sampai ke dua paha ku. Dan secara tidak sengaja ketika
aku menggerakkan telapak kakiku, aku menyentuh selangkangannya. Hahh sepertinya
si Mbah gak pake CD batinku. ?Maaf mbah?.? Ujarku canggung. ?Jangan banyak asin-asin
sama pedes2 dulu ya untuk sementara waktu, sama jangan pake sepatu tinggi. Kan
sudah tinggi kamu? Aku melirik ke cermin di dinding kiri, Nampak dia menunjukkan
keloid yg ada di pahaku. Ohh itu toh fungsinya kaca ini batinku. Dan dia juga
gak membahas insiden tadi sama sekali. Kimonoku disibakkan lagi. Dari kaca aku
melihat tangannya mulai memijit2 kearah pantatku dan bagian bawah kimono ini
sudah tersingkap hingga dipinggangku. Kalau begini kenapa Priska gak bilang ya.
Mestinya aku kan ditemani suamiku atau paling tidak Priska sendiri. Aku kan
berjilbab. Tapi nampaknya si Mbah cukup professional, selama dia gak kurang ajar
mungkin aku diam saja. Dan lagipun sepertinya dia gak aneh2 dengan Priska selama
ini. Begitu pijitannya di pantatku, dia lagi2 tanpa babibu, langsung membuka
celana dalamku. Aku yang agak kaget dan hendak protes jadi diam karena dia
langsung sigap memijit pantatku hingga pinggang.

?Nah ini kalau kamu rajin ngepel setiap hari pasti kenceng kok? Sambil kedua
jempolnya menekan dia tulang panggulku. ?Aduh ngilu Mbah?. ?Coba agak nungging?
Aku menurut saja, sambil melihat apa yang dilakukan si Mbah lewat kaca cermin.
Ketika aku nungging dengan bertumpu di atas dengkul, si Mbah mengurut bagian
samping pantat dan pahaku. Dan kurang ajarnya celdamku diturunkan hingga ke
dengkul. Tapi pijatannya membuatku kesakitan hingga tak bisa protes. ?Kamu harus
sering-sering olah raga, dan ini panty liner jangan di pake lagi? Ujarnya sambil
memungut panty linerku dan membuangnya. Aku hanya diam saja. ?Sudah tengkurap
lagi? perintahnya. Ditariknya kimonoku hingga pantat yang tak tertutup celana
itu tertutup kimono. ?Mbah celananya saya pake dulu?? Belum selesai aku bicara,
?Ga usah nanti juga ditusuk jarum, buka dulu kimononya? Aku gak bisa protes dan
nurut saja membuka lengan kimononya. Kimonoku diturunkan untuk menutupi area
pinggang dan bawahku. Dia mulai memijit punggungku. Dan aku diam saja ketika dia
membuka bra ku dari belakang. Dia mulai memijit dan mengurut punggungku. Ku akui
pijitannya lumayan enak. Dan kali ini dia tidak banyak bicara, nampaknya dia
sangat berkonsentrasi. Dia pun membiarkan saja waktu kimono yang menutupi
pantatku secara tidak sengaja jatuh ke lantai. Sementara aku melihat diriku di
kaca agak bingung mengatakannya dan membayangkannya. Aku berjilbab tapi boleh
dibilang di bawah sana benar-benar telanjang. Celana dalamku melingkar di
dengkul ku, sedangkan bra ku sudah tidak benar2 terpasang dengan sempurna. Waktu
si Mbah memijat leherku, aku pun bertanya, ?Apa kerudungku di buka saja Mbah??.
?Nggak usah? bisa kok?. Wah di liuar dugaan. Berarti dia benar2 professional.
Aku pun berpikir. Di ruangan ini Cuma berdua, dan aku telanjang. Ahhh bukan Cuma
diruangan ini. Di ruko ini tidak ada siapa2.

Si Mbah Nampak tenang-tenang saja. Lengannya Nampak mulai berkeringat. Dia
mengambil remote AC dan mengatur suhu ruangan agar aku tidak terlalu kedinginan.
Diambilnya lagi kimono yang di lantai dan mulai ditutupkan ke punggungku. Dia
berpindah ke atas kepalaku, dan memijat pundakku dari atas. Otomatis ?anunya?
berada tepat diatas kepalaku. Dia terus mengurut pundakku, dan aku melihatnya
dari cermin. Sesekali ?anunya? tentu menyentuh kepalaku. Aku agak geli melihat
apa yang terjadi lewat cermin. Tapi si Mbah dengan tenang dan dingin meneruskan
pekerjaannya. Selesai melakukan pijitan. Si Mbah mengambil jarum2 akupunktur
yang berada di ujung ruangan.

?Semuanya masih baru ya Pris?. ?Mila Mbah?? sahutku mengoreksi. ?Oh ya maaf?.
Jawabnya
?Priska sudah berapa lama Mbah ke sini??
?Oh Lama juga, hamper sejak buka?
?Bukannya sekarang dia sudah langsing Mbah??
?Kalian sama, manja? jarang olah raga?
Bah jawabannya selalu sepotong2. Tiba-tiba perhatianku mengarah ke sarungnya.
Hmmm ?anunya? ternyata bereaksi juga. Aku agak geli, apalagi kalau dipikir2,
lagi2 seperti tadi. Aku telanjang dan Cuma berdua dengannya, dan lagi2 kulihat ?anunya?
yang bangun dari balik sarung. Tapi sejauh ini, tidak ada tanda2 si Mbah kurang
ajar denganku.
Ketika semua jarum di pasang di betis, paha, pantat, pinggang dan punggung, dia
mengambil celana dalamku. ?Ini saya cuci terus jemur ya?. ?Iya Mbah, maaf ya?
agak basah?. ?Gak apa2. Sudah lama??, ?Sudah Mbah?. Si Mbah sekarang mematikan
AC, dan keluar ruangan. Tak lama kemudian dia kembali, dan hendak memasang jarum
di belikat dan pundakku. ?Sudah terpasang semua, nanti tidur saja.? ?Boleh saya
telpon MBah?? ?sebetulnya ga boleh ada HP di ruang rawat?. ?Anak saya ke Bandung
sama Priska Mbah?.

Si Mbah keluar dan kembali membawa HP. Saya menelepon Priska. ?Ka sudah sampe
mana?? ? Masih di Tol mbak, memang belum di terapi ya?. ?Sudah ini sudah
dipakein jarum?. ?Lho kok boleh telpon?, ?Iya aku minta ijin?. ?Anakmu tidur
Mbak?. ?Ya sudah deh nanti sms ya kalau sudah sampe? ?Ya Mbak, sudah minum jamu
mbak??. ?Sudah tadi 2 gelas tadi waktu sebelum dipijit?. ?Gelas? Kok pake gelas??.
?Ya gak tau deh, ya sudah ya Ka?. ?Ya Mbak?
Aku tutup HPnya. Tadinya aku mau telpon suami tapi ya sudah nggak enak. HPnya
pun aku switch off ku berikan HPnya pada Si Mbah. Si Mbah pun berlalu. Selama
aku sendiri, aku merasa tusukan2 jarum ini membuatku sedikit merinding,
terbayang bagaimana tadinya jarum ini satu persatu dipasang di badanku. Waktu
tangan si Mbah memegang semua seluk beluk tubuhku. Terus terang itu saja yang
aku pikirkan terutama ?anunya? si Mbah yang berdiri. Aku juga kepikiran apa yang
dilakukan dengan Priska, apa dia tegang juga, dan Priska yang jauh masih muda,
langsing dan putih apa tidak membuat si Mbah tergoda. Apalagi reaksi Priska yang
merahasiakan tempat ini. Aku melirik ke kaca lagi. Hmmm pantatku terlihat
membumbung dengan jarum2 berasap di atasnya. Hmmm tadi si Mbah sempat mengintip
miss V ku dong. Apa yang dipikirannya hingga dia ngaceng seperti tadi ya?
Mungkin dia ingin melakukannya dari belakang, he he he aku agak geli
memikirkannya. Ahhh tapi aku belum pernah di begitukan oleh suamiku. Tapi
dipikir2 dia professional juga ya. Oh ya bagaimana keputihanku ya? Aduh jangan2
keluar deh. Kok tadi belum diterapi ya? Aku terus memikirkan yang tidak2 hingga
aku tertidur, begitu terbangun Si Mbah sudah berada di ruangan lagi. Dan aku
makin merinding ketika tangannya mulai mencabuti jarum2 tadi. ?Mbah, keputihan
saya bagaimana?? ?Iya satu2 dong?. ?Maaf saya takut keluar tadi?. Tiba2
tangannya memegang area itu dan aku benar2 kaget ketika dia pun mengusap2nya.
Aku yang benar2 kaget tapi tidak marah atau bagaimana. Malah melihatnya dari
kaca cermin. Ohh pemandangan itu makin membuatku sesak. Apalagi jari2 tangan itu
mulai membelai liang miss V, dan aku diam. ?Coba nungging lagi?? Aku pun
menuruti perintah itu sambil melihat di cermin bagaimana erotisnya posisiku.
Dipegangnya lagi miss V ku, dan terus terang aku terangsang. ?Coba sekarang
terlentang?. OK sekarang aku benar2 bugil di depannya, dan aku diam saja
menurutinya.

Dia mengambil jarum lagi dan menusukkan di sekitar miss V ku. Lalu diambilnya
minyak lagi dan dibalur di perut dan akhirnya payudaraku pun mendapatkan
jatahnya. Aku melihatnya di cermin, bagaimana aku kini benar2 telanjang dan
hanya menggunakan jilbab. Aku tau putingku berdiri saat dia membalurku. Aku malu
tapi diam saja malah menikmati pemandangan di cermin. ?Gak terlalu kendor, apa
ukurannya mau dikecilin?? Ujar si Mbah sambil membalurkan minyaknya. Aku diam,
bahkan mungkin tidak sadar kalau si Mbah sedang bertanya. ?Memang dari dulu
segitu MBah, Cuma takut kendor? aku tau putingku sekarang benar2 tegak, dan
ketika si mbah menyentuhnya aku benar2 gak bisa menahan rasa geli yang
sepertinya nyambung dengan tusukan jarum di sekitar vaginaku. Tanganku pun tanpa
sadar melingkar di pinggangnya, napasku menderu, dan aku sedikit melenguh. Si
Mbahpun memainkan jempolnya diputingku. Aku tidak berani menatapnya, hanya
melihat cermin dari balik tubuhnya. Reaksinya masih dingin2 saja. Sementara itu
tangan yang satunya pun berpindah kea rah miss V ku. Di putar2nya jarum itu dan
aku pun mengelinjang dibuatnya. Satu per satu dicabutnya dan setelah tak ada
satu jarum di tubuhnya aku pun membalikkan tubuh ke arahnya.
Membiarkan tangan kirinya bermain di putingku dan kanannya di vaginaku.

Vaginaku membasah apalagi saat jari yang ke 2 berada di dalamnya. Aku
menggelinjang gak karuan, Si Mbah menarik kedua tangannya, aku agak kaget dan
kecewa mungkin (aku agak lupa), tapi ternyata dia hanya membuka sarungnya, dan
benar saja. Ternyata tak ada celana dalam dibaliknya. Dan Mr Happy yang
berukuran sedang tak jauh beda dengan milik suamiku itu tegak terpampang
dihadapanku. ?Ayo?.? Ujar si Mbah. ?Aku belum pernah begini mbah sama?? Tangan
si Mbah lebih cepat bergerak mendorong kepalaku dan mulutku pun bungkam oleh ?anunya?.
Aku yang tidur menyamping menghadap cermin bisa melihat si Mbah bottomless
dengan tangan kirinya memainkan payudaraku dan tangan kanannya memainkan
vaginaku. Sementara mulutku penuh dengan anunya.
Tangan si Mbah di vaginaku benar2 luar biasa, tidak sampai 5 manit aku pun
kelojotan dibuatnya. Tak lama setelah aku meregang, tangan si Mbah mulai masuk
lagi dan aku terbeliak saat tiga jarinya kini masuk. Akupun tidak kuasa menahan
teriakan kecilku. Dan apalagi sepertinya salah satu jarinya menyentuh sesuatu
yang bener2 membuatku kelojotan. Itukah G Spotku? Si
Mbah mengurangi satu jarinya, hingga aku sedikit bisa bernafas sedangkan tangan
kirinya memegang kepalaku. Kali ini anunya yang tadi terlepas dibenamkan ke
tenggorokanku. Dengan posisi miring begini benar2 membuat mulutku penuh. Dan
kini si Mbah mulai menggenjotku. Aku lupa detailnya bagimana, tapi tak lama
kemudian yg aku tau aku pun orgasme lagi. Tapi si Mbah tetap saja tidak
mengeluarkan tangan dan anunya dari tubuhku. Mataku sudah berkali2 terbelalak2.
Karena tidak kuat dengan apa yang terjadi aku sedikit mendorong tubuh si mbah.
Tapi itu Cuma bisa membuat anunya keluar dari mulutku. Tangannya tetap bermain
di anuku. Aku menggelinjang gak karuan hingga aku meregang dan akhirnya setengah
terduduk menahan rasa di vaginaku. ?Mbaaaaaaaaaaaaaaaah stop?. Tanganku meraih
tangan kanannya meminta untuk mencabut dari vaginaku namun sekali lagi mungkin
karena dia sudah tau di mana G Spotku, si mbah menekannya kuat-kuat dan
menggosokkannya lagi. Akupun kelojotan lagi sambil menahan tangan kanan si Mbah
agar keluar dari vaginaku. Sementara tangan kiriku mencakar pundaknya. Tapi
upayaku sia2 walaupun aku sudah meminta2 agar si Mbah menudahinya tetap saja
tangan kanannya menggosok2 vaginaku. Akhirnya setelah orgasme lagi akupun
terkencing2 dibuatnya. Aku sudah gak tahan lagi.

Aku yang lemas lunglai tergeletak masih harus menerima hujaman anunya si mbah.
Walaupun agak lama juga, akhirnya keluar semua sperma si Mbah di mulutku. Aku
diharuskannya meminum semuanya, sementara sisanya masih meletup2 mengenai
wajahku. Aku tidak boleh memuntahkan spermanya, atau membersihkan wajahku. ?aku
belum pernah begitu mbah?. ?begitu apa??.?Oral? Sahutku. ?aku nggak ngerti
istilah oral?. ?aku nggak pernah cium anunya suamiku sendiri mbah?. Si mbah
mendekatkan wajahnya ke wajahku ?Apa itu namanya??. ?Iya mbah nyepong mbah?. Si
mbah member aba2 agar aku membersihkan anunya. Akupun menuruti dengan
menjilatinya hingga bersih. ? Yang bersih ya, mungkin sebentar lagi ada pasien
lain yang datang? Kata si Mbah dengan dingin.

Setelah bersih si mbah mengenakan sarungnya lagi. Dia mengambil sebuah gulungan
daun sirih. ?Ini obat supaya gak keputihan? Dimasukkanya gulungan sirih itu ke
vaginaku. Dan ikatannya yang dari seutas benang kasur diikatkan ke pinggangku. ?Jangan
sampe lepas? Katanya. Aku pun berdiri ketika si mbah meraih kain sprei yang
basah oleh kencingku atau apalah tadi itu aku gak tau. ?Bajumu diluar? ujar si
mbah dengan dingin. Sebetulnya aku ingin di peluk olehnya tapi aku gak berani.
Sekejap aku melirik ke cermin. Ada sedikit sisa air maninya menggantung dari
kening ke hidungku, dan aku tidak berani membersihkannya. Aku melihat ikat
pinggang dari benang kasur dan aku pun berjalan dengan sangat hati2 agar
gulungan daun sirih ini tidak lepas. Tapi sebetulnya ukurannya cukup besar dan
layaknya tampon semestinya tidak usah diikat begini.

Sesampai di luar yang ada hanya celana panjang dan bajuku saja. ?Aku simpan
semua bh dan celana dalam pasienku? ujar si mbah. Aku pun diam saja. Setelah
berpakaian aku pun bertanya ? Semua berapa Mbah??. ?700 ribu? sahut si Mbah. ?Mbah
mahal sekali??. ?Memang Priska nggak bilang? Ya memang segitu, mestinya satu
juta, tapi kamu tadi nyepongnya lumayan, jadi 700 ribu?. Aku bingung dengan
jawaban itu. Aku tersinggung tapi gak bisa marah. ?Cuma ada 300 Mbah?. ?Di ruko
seberang ada ATM Center. Saya tunggu ya? Si mbah masuk ke kamar mandi.

Saya pun bergegas turun. Saat di anak tangga, pengaruh dari daun sirih di
vaginaku mulai bereaksi. Aku geliii sekali. Apa lagi ketika aku harus nyeberang
jalan. Di bawah terik sinar matahari jalan ramai, mulai terpikir oleh aku. Di
balik bajuku ini aku tidak menggunakan underwear. Di depan ruko ini Mall Kelapa
Gading. Aduh aku lupa di mana ATM mandiri. Aku bingung bagaimana kalau ada
temanku. Karena biarpun atasan ini berlengan panjang dan berleher penuh tertutup
tapi bahan kaos ini cukup bisa memperlihatkan payudaraku yg tanpa BH, atau
celanaku yg juga dari bahan kaos. Duuuuh gimana kalau ada yg notice. Setelah
bertanya ke satpam aku pun menuju atm center. Bekas sperma si Mbah mulai
mongering di wajahku. Baunya sedikit menggangu, tapi aku takut. Aku jadi takut
kalau ketemu saudara teman atau apalah. Karena tidak tenang aku berjalan agak
cepat tapi, gesekan terhadap daun sirih itu membuatku benar geli. Tak lama efek
daun sirih yg memberikan rasa isis mulai menyiksaku. Vaginaku terasa hangat
sekaligus dingin terkena desiran angin. Daun sirih yang tadinya kering terkena
cairan vaginaku yang keluar karena geli mulai mengembang. Dan akupun mulai sulit
berjalan. Setelah mengambil uang aku pun berjalan kembali. Setelah berada di
halaman Mall rasa di vaginaku mulai menghebat terutama setelah terkena terpaan
angin yang mengenai tubuhku dan vaginaku yang makin ISIS. Tapi aku tahan setelah
menyeberang dan berjalan kea rah ruko si mbah aku mulai tidak tahan, aku merasa
vaginaku makin basah. Untungnya aku masih kuat masuk ke ruko si Mbah. Di dalam
aku mulai tertatih tatih terutama ketika menaikki tangga. Sesampainya aku di lt
2 aku sangat terengah2. ?Mbah, sirihnya aku lepas saja ya? Aku gak kuat? Si Mbah
yang sedang duduk di sofa membuka sarungnya, ?Ini dulu dong? tangannya
menunjukkan anunya yang sedikit tegang. Aku bersimpuh di depannya menuruti
perintahnya. Mulai kumasukkan batang kamaluannya yang belum bereaksi itu ke
mulutku. Si mbah menarik baju kaosku hingga akupun topless. Begitu terbuka
dimainkannya payudaraku. ?Masih bagus? berapa ukurannya?? ?34 C Mbah, tapi
agghhh? aku disumpal lagi dengan anunya yang tak lama kemudian membesar dengan
tegang. Aku disuruhnya berdiri dan dibukanya celanaku dan dibuka ikat pinggang
daun sirih itu. ?Hmmmm sudah basah?. ?kayaknya? seperti tadi saja mbah?.
Maksudku mengatakan itu adalah untuk menolak berhubungan badan dan melakukan
oral saja, tapi si Mbah mulai menjilati vaginaku dan permainan lidah dan jarinya
membuatku gelid an tak tahan lagi. Dan akupun menurunkan tubuhku, kupegang
kemaluannya, ku arahkan ke vaginaku dan blesss. Vaginaku yang sudah basah penuh
itu melahap habis anunya si mbah. Aku memejamkan mataku, aku sedikit malu.
Ketika aku mulai bergerak naik turun putingku sedikit sakit tergesek dengan
safari si Mbah yg masih terpasang. ?Mbah curang, kok aku aja yang telanjang?. Si
Mbah menepak pantatku, aku pun mencabut vaginaku dari anunya. Di berjalan menuju
satu kamar. Di kamar ini tempat tidurnya benar2 tempat tidur, tapi seluruh
ruangan dilapisi cermin. Dalam keadaan berdiri aku disuruhnya membukakan bajunya.
Kini dia telanjang. Tubuhnya biasa2 saja. Dia merebahkan badannya, dimintanya
aku menjilati anunya agar kembali mengeras. Saat aku menyepongnya HPku berbunyi
tanda SMS masuk. ?Ambil? ujar si Mbah. Aku mengambilnya, ketika kembali ku lihat
si Mbah sedang berbaring sambil mengusap2 anunya yang makin tegang. ? Sinih??
Aku menuruti dan memang sudah tak sabar. Aku melihat di cermin bagaimana aku
berada di atas tubuh si Mbah, meraih anunya, dan memasukkannya. Ohhh luar biasa,
lagi2 aku memejamkan mataku.

Aku mulai bergerak seperti penunggang kuda, payudaraku mulai berayun2. Si Mbah
memainkan payudaraku. Dibandingkan dengan Priska payudaraku jauh lebih besar.
Dia hanya 34 A. Tapi Priska tinggi semampai dan putih seperti ayahku. Sedangkan
aku hitam manis. ?Vaginamu enak Mil, ayo goyang? ujar si Mbah sambil menepuk
pantatku. Dia pun aktif menyodok2 dari bawah. Tak lama aku pun kecapekan di atas.
? Belum keluar kan??. Aku tidak menjawabnya. Dia kini di atas dan aku dibawah.
Aku melihat dari kaca. Yg ada di plafon. Ya ampun init oh fungsinya kaca-kaca
ini. Dan aku melihat bagaimana dia menarik kakiku hingga mengkangkang. Menaruh
bantal di pantatku dan menghujamkan anunya. Apa yang aku lihat dan aku rasakan
benar2 membuat aku melayang. Walaupun gaya misionaris biasa aku tetap melihat
apa yg terjadi di cermin, sungguh2 luar biasa? melihat Si Mbah menyetubuhiku.
Inikah yang dilakukan si Mbah pada Priska, dan juga pasien2 lainnya. Si Mbah tak
kan menciumku aku tahu itu karena seluruh wajahku masih belum bersih sehingga
selama ini dia berkonsentrasi dengan genjotannya saja. Tiba-tiba dia meminta aku
menungging seperti tadi, ahhh aku belum pernah melakukannya. Saat aku nungging
aku masih bisa melihat kaca di depan dan samping apa yg si Mbah lakukan. ?Siapa
namamu?. ?Mila Mbah?. ?Mila siapa??. ?Mila Mastiti?. ?Ini Apa??bentaknya. ?Ini
anunya mbah?, ?Apppppaaaa anu?. Blessss dihujamkan anunya kuat2 ke vagina ku yg
sedang nungging dari tadi. ?uhhhhhhhh? aku melenguhhhh panjang?.?Apa namanya
sayang??.?Kontol Mbah?, ?Bagus, berarti kamu sedang diapain?.?Dientot Mbah?.

Aku ingat benar dialog itu. Akhirnya itu benar2 terjadi, dan aku juga ingat
bagaimana kontolnya menghujamku tanpa ampun walaupun aku baru saja orgasme.
Dalam posisi doggy style memang memungkinkan si Mbah menyentuh GSpotku. Aku
habis orgasme 2 kali. Dalam kondisi lemas. Akhirnya si Mbah mengalungkan kakiku
di pundaknya. ?Sorry, di dalam ya?.? Dia pun menggenjotku penuh nafsu, Dia pun
meracau habis2an, dan itupun terjadi diapun berejakulasi di vaginaku. Aku sudah
terlalu lemas, karena 2 kali orgasme waktu doggy style tadi. Posisi ini memnag
tidak membuatku orgasme. Tapi itu tidak penting karena ini giliran si Mbah. Dan
ini memang moment yang paling kuingat ketika tubuh si Mbah mengejang di atas
tubuhku, dan aku melihatnya melalui cermin, bagaimana tanganku mencengkeram kuat
pantat si Mbah yang sedang menghujamkan kontolnya ke vaginaku. Dan semburan
sperma itu begitu keras dan deras rasanya. Aku menciumi pipi si Mbah dan bahunya.
Si Mbah mencabut torpedonya, sisa spermanya masih ada disemprotkan ke payudaraku,
dadaku, dan aku pun mengerti untuk menjilatinya hingga bersih.
Sekitar � jam kami berbaring lemas, bel tanda pasien datang berbunyi. Si Mbah
bangkit, ?Tunggu 1 jam lagi ya? Ujarnya. Dia ke kamar mandi, dan aku tau di
segera mandi. Saat dia mandi aku melihat diriku yang telanjang di cermin yang
terletak di atap ruangan kamar ini. Tubuhku benar2 bugil, aku memegang
selangkanganku yang masih terasa panas. Aku tersenyum melihat diriku sendiri.
Apalagi mengingat apa yg baru saja terjadi. Selangkangan, perut, dada, leher dan
wajah masih berbekas semprotan spermanya. Si Mbah memang gila batinku, aku benar2
dilecehkan. Tapi aku benar2 tidak menyesal.

Tak lama setelah dia keluar, aku pun hendak mandi. Tapi dilarangnya. ?Gak usah
gitu aja? Aku pun menurutinya. ?Mbah besok aku boleh ke sini terapi lagi?
tanyaku. ?Boleh, jangan lupa bawa uang yg cukup ya biar gak usah ke ATM. 700
ribu ya.? Aku pun ingat dengan uang yg aku ambil tadi, lalu menyerahkan ke si
Mbah. Sialan dia sudah pake aku seenaknya sekarang tetap saja aku harus bayar.
?Mbah, memang gak ada diskon buat aku? Mana cukup uangku Mbah? Priska kok bisa??.
?Dia juga bayar kok, yah kalau bisa bawain langganan baru yang ok boleh kok?
Ekspresinya masih saja dingin. Aku akhirnya bersiap siap menggunakan baju ku.
Melihat si Mbah sudah rapih aku tau kalau sudah waktunya aku pergi.? Tunggu dulu
di sini ya?. Si Mbah turun menghampiri pasiennya dan dari suara yang ada aku pun
tau, pasiennya perempuan lagi. Tak lama suara mereka hilang dari pendengaranku.
Sepertinya mereka berdua memasuki sebuah kamar lain. Tapi tak lama kemudian si
Mbah yg masih rapih berada di kamarku lagi. ?Cantik ya Mbah??. ?Nggak biasa aja,
ibu2 muda juga?. Ahhhh mbah pasti bohong. Akupun bersiap2 pulang. ?Tunggu dulu,
semua baju dalamnya buat aku. Cepat buka! ? Aku menuruti perintah mbah membuka
bra dan celana dalamku dan kuberikan padanya.

Setelah itu Mbah mengantarkan aku turun hingga ke parkiran. Ketika aku sudah di
mobil, mbah mengetuk jendela kacaku. Setelah ku buka kaca mobil kepalanya
menjulur ke dalam ?Kamu enak juga? tangannya meremas2 dadaku. Sambil menyeringai
dia berkata padaku ?kamu buka rok mu!? aku menuruti perintahnya. Gila! Apa dia
mau grepe2 aku dalam kondisi begini ya? Atau dia masih mau main lagi? Ternyata
tidak rok ku diambilnya ?sekarang kamu pulang, terserah gimana ya?? setelah
berkata begitu dia mundur dan melambaikan tangannya. Aku berkali2 protes namun
tidak di dengar dia malah berbalik masuk ke dalam ruang prakteknya.

Aku kebingungan karena tidak mungkin turun, belum lagi aku malu oleh beberapa
orang yg sempat melihat ke arahku. Akhirnya aku pulang juga. Sepanjang
perjalanan aku menutupi bawahanku hanya dengan tas. Berkali2 aku mengumpat ulah
si Mbah. Aku benar2 dilecehkan. Sesampai di depan rumah aku menelepon pembantuku
agar membuka pintu pagar dan garasi. Di dalam garasi aku tidak langsung turun,
aku menunggu siti membawakan sarung untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar